Populer
-
Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilan...
-
KCD - “Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga. Rendy melotot dan berdecak kagum, “Ck..ck…sexy sekali ya?” “Yuli (nama istri Rendy) ...
-
KCD - Siang itu cuaca mendung menambah dingin dalam kamarku, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Masih terbayang pijatan majikanku tadi...
-
KCD - Masih segar dari ingatanku, kejadian yang amat memilukan sekaligus amat menyenangkan ketika aku diperkosa oleh oknum polisi beberap...
-
“Ahhhh ….” Aku hanya bisa mendesah pendek karena kesal saat suamiku sudah berejakulasi padahal penetrasinya baru berjalan kurang dari dua...
-
KCD - Ini cerita berawal dari kebetulan yang tak kami duga dimana aku dapat mengenal dan menikmati hidup lebih berbahagia dengan istri ora...
-
KCD - Kuliah jam terakhir di kampus S di kawasan Jakarta Selatan baru saja berakhir. Jam menunjukkan pukul 18.00 dan hari pun mulai gelap. ...
-
KCD - Di sebuah rumah di kota P, terdapat laki-laki muda yang masih single. Pria tersebut bernama Delon (samaran). Perawakannya ganteng da...
-
KCD - Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri...
-
KCD - Saya punya kebiasaan onani sama seperti cowok teman-teman saya. Tapi sebagai perangsang, saya nggak hanya memakai buku atau film B...
Aku Di Gangbang di Sekolah
Namaku Eliza. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Aku seorang Chinese, tinggi 157 cm, berat 45 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang-orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal. Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember. Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil hadiah ultahku. Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu
18:30 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas.Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku.
Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada
di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing
baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk
meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang
bernama Hadi membuka pintu ruang UKS ini. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan
minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku
dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum
sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung
tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan
tangan kirinya. Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph…
eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan
kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku
menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.
“Halo non Eliza… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Hadi dengan
menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama
Yoyok. “Girnooo”, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku. Aku
sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Hadi, tapi ternyata Yoyok yang
mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan
tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. “Wah baru kali ini ada
kesempatan pegang susu amoy.. ini non Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had?” tanya
Yoyok pada Hadi, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya
Hadi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras. Aku menggeliat kesakitan dan
terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Girno yang sering kuberi tips
untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua
yang sudah seperti kerasukan iblis ini. Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang
memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Girno
yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku.
Ataukah… ?
gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku. Dikerubuti dan
dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda
tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku
terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang,
rasanya seluruh tubuhku bergetar. “oh.. oh… augh.. ngggg..aaaaaaagh…” aku mengerang dan
menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali,
dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya non? Hahaha…
nanti Non pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok,
dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu.
Kemudian Girno berkata padaku, “Non Eliza, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak
macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam,
nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan nona tahu kan apa akibatnya?
Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami.
Mengerti ya non?”. Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku
cukup kuat untuk melalui ini semu. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti
kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya
masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku
sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. Aku tahu penghuni
mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun
dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek,
maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku
menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada
yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar
sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut.
“Hahaha, non Eliza, sudah kami duga non memang masih perawan. Nona masih polos, dan tidak
mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan
memperawani non Eliza yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non
ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat
untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non. Kami memang menginginkan
tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang
itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang
non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti
hamil sekaligus obat cuci perut. Non Eliza tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Girno sambil
tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul
mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status
mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang
mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa
kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan
hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.
Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah
ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu
begitu besar. Girno mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain
melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Girno menarik lepas celana
dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan
mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali non Eliza, mem*knya non. Rambutnya
jarang, halus, tapi indah sekali”, puji Girno. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat
jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Girno, yang ternyata paling besar di antara
mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu
pada Girno. “Pak, pelan pelan pak ya..” aku mencoba mengingatkan Girno, yang hanya
menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Girno sudah dalam posisi siap tempur, dan
Girno menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa
memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah
yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai
mengerubutiku kembali.
Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh
bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku
orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang,
bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Girno yang memang
sedang berada persis di depan mulut vaginaku. “Eh.. non Eliza ini.. belum apa apa sudah keluar 2
kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan.
Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang
ditembus ya”, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. “Aduh.. sakit pak”
erangku, dan Girno berkata “Tenang non, nanti juga enak”. Kemudian ia menarik penisnya
sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat
melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Girno
kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Girno
terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku.
Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar
biasa. Dan Girno terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi,
sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi
penis Girno ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku
yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku
merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. “Ooooooh…
uuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… “Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang,
dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin
meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan
gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. “Aduh.. sakit pak
Girno.. ampun”, erangku, namun Girno hanya tertawa tawa puas karena berhasil
memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus..”. Aku menggeleng gelengkan
kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang
hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku
supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada
bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu
seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.
Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Girno terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Girno memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih
kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Penis itu begitu sesaknya walaupun
baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang
luar biasa. Sementara itu Girno mulai meracau, “Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. “ sambil terus
memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari
vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun
aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku
mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa
mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang
sedang menancap begitu dalam di vaginaku.
Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Girno memulai
pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Girno. Dan
erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam
mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Urip berkata “Isep non. Awas, jangan
digigit ya!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama
kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak
terlalu besar disbanding dengan penisnya Girno. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku
mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali
melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali
aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih
tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. “Non, ayo dikocok!”, perintahnya.
Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat
memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu
panjang. Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy,
guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja
penis Girno masih tetap bersemayam dalam vaginaku.
Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada
Eliza?”. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit
berteriak “Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”. Pak Edy seolah tak
mendengarku, dan berkata pada Girno, “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung
saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak
apa apa… hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara
gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku
pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa
aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya
tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Girno berkata,
“Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Eliza masih nganggur, kan bisa
buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome
sih”. Pak Edy tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar
kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak
terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.
Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang
ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai
menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang
Girno melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu
lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan
ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat
lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya
sejak tadi. Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala
penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa
kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia
mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah
mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke
dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam
‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku.
Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan
dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian,
Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan
penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan
sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses
menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku
menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku
tak ingin terlihat murahan di depan mereka.
Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak
gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari
kenikmatan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain
yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat
terbenam dalam anusku. Sambil keluar Urip berkata, “nanti kasihan non Eliza, kalo mem*knya
yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci”. “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep
gini harus ngemut****** yang kotor seperti ini”, sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu
pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada
mereka. Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan
menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit
kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku,
bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung
menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku,
tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah
orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku
mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu
jam aku melayani mereka semua.
Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat
yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu
ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi
sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke
horor di ruang UKS ini. “Pak Girno. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong
pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil
akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi
Girno berkata, “Gak usah non. Saya belikan saja”. Girno pergi ke wc sebentar untuk mencuci
penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia
keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku
betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku
hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Girno kembali sambil
membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya
dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas
mulas lagi?”. Girno dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya
pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah
tenaga non”. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai
setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum
yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.
Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba
aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di
sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat
perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap
dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku.
Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral
penisnya. Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku
orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku
kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya
berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri
sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit
lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang
sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan. Aku
melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu
birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan
mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus
menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat,
melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.
Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka
membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku
yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku
yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku.
Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Girno hanya cengengesan sambil
memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup
ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan,
dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang
punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang
duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku. Kemudian aku
menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah,
kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga
menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati
seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain
waktu, aku juga sudah pasrah.
“Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan
non melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Girno. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal
ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Non tentu sudah
mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu
kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin
non Eliza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup
melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu.
Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak
Edy?” jelas Girno panjang lebar. Pak Edy mengiyakan dan berkata, “benar Eliza. Saya bisa
membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan
macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu
cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya
bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex
dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini… Dan aku tak bisa menolak sama sekali..
Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke
mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi
ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan
dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku
sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.
Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu
aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu
pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Roti ini benar benar mengganggu
sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap
kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga
terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar. Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku
harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana
aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti
yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air
shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit
mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali
menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi
keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur
satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang
empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah
puas orang orang yang tadi menggangbang aku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar